Rabu, 12 April 2017

SISTEM PENGETAHUAN DALAM ISLAM (BAYANI, BURHANI, IRFANI)

SISTEM PENGETAHUAN DALAM ISLAM
  1. Sistem Pengetahuan BAYANI
-          Merujuk pada suatu lapangan pengetahuan dalam Islam yang dikristalkan oleh ilmu-ilmu keislaman murni yang meliputi gramatika dan sastra Arab (nahwu & balaghah), hukum dan teorinya (fiqih-ushul fiqih), teologi (kalam), dan ilmu-ilmu al-Qur`an dan Hadis
-          Ilmu-ilmu tersebut berpusat pada satu ciri bersama, menjadikan teks sebagai rujukan epistemologis utama, di mana sumber utama ilmu pengetahuan atau kebenaran adalah teks
Dasar pandangan; ajaran atomisme (al-jauhar al-fardu) yang mengandung dua prinsip pokok yaitu (1) prinsip diskontinuitas (mabda’ al-infisal) dan (2) prinsip kontingensi atau serba mungkin (mabda’ at-tajwiz
-          Atomisme mengajarkan bahwa alam ini terbentuk dari atom-atom (partikel terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi) atom-atom yang membentuk alam atau badan adalah serupa dan sama satu sama lain tanpa ada perbedaan, serta terpisah satu sama lain. Hubungan atom tersebut hanyalah merupakan hubungan keberdampingan, di mana tiada kontak dan saling pengaruh satu sama lain (mabda’ al-infisal). Konsekwensi logisnya, ajaran ini tidak mengakui hubungan kausalitas yang bersifat niscaya karena segala sesuatu bersifat serba mungkin (mabda’ at-tajwiz)
-          Hubungan kausalitas antara dua peristiwa bukanlah kausal, melainkan terjadi secara bersamaan (konkomitan)
-          asy-Syatibi; “sebab tidak menimbulkan efek dengan sendirinya, akibat terjadi bersamaan dengan dan bukan karena sebab”. Juga; “sesungguhnya akibat-akibat itu adalah perbuatan Allah”
-          Faktor penolakan kausalitas: memberi penekanan pada arti kemahakuasaan dan kehendak mutlak Allah, pengakuan efikasi terhadap selain Allah berarti menyatakan kekurangan kekuasaan-Nya.
-          Konsekwensi lebih lanjut pandangan atomisme ini, berpikir berdasarkan keserupaan (tasybih dalam balaghah, qiyas dalam hukum dan istidlal dalam teologi)
-          Pandangan atomisme ini menjadikan kegiatan penalaran fikiran terbatas pada pencarian keserupaan di antara berbagai fenomena tanpa melampauinya dengan, misal mencari hubungan kausal
-          Peran akal dan logika dalam memahami dan menafsirkan masalah-masalah keberagamaan manusia sangat terbatas. Akal dugunakan untuk membenarkan dan mengukuhkan kebenaran teks dan bukan digunakan untuk mencari sebab-akibat
B. Sistem Pengetahuan BURHANI
-          Sistem pengetahuan yang berdasarkan akal semata tanpa bersandar pada teks suci
-          Sumber pengetahuan adalah realitas (alwaqi’), baik alam, sosial humanitas atau keagamaan
-          Peran akal sangat dominan dan menentukan karena fungsinya selalu diarahkan untuk mencari sebab akibat atau melakukan analisis dan menguji terus menerus kesimpulan sementara dan teori yang dirumuskan melalui premis logika-logika keilmuan
-          Tolok ukur validitas keilmuan adalah kesesuaian antara rumus-rumus yang diciptakan akal dengan hukum alam
-          Kebenaran adalah satu, bila terjadi pertentangan antara akal (filsafat) dengan agama, maka agama harus ditakwil sehingga sejalan dengan yang akal.
C. Sistem Pengetahuan IRFANI
-          Sumber pengetahuan adalah intuisi (kasyf,ilham)
-          Dikembangkan oleh para sufi
-          Pengetahuan diperoleh secara langsung tanpa perantara dan proses pembuktian. Pengetahuan tercipta dalam kalbu sedemikian rupa setelah kalbu memperoleh pembersihan melalui mujahadah dan latihan spiritual sehingga tirai yang menutupi kalbu terhadap kebenaran tersebut itu menjadi terbuka
-          Alam ditandai dengan pasangan lahir-batin. Batin mewakili kebenaran universal. Oleh karena itu, segala  yang lahir (dunia) perlu dijauhi untuk menuju kebenaran ilahi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Anak dalam Perspektif Al Qur'an

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Anak dalam perspektif Islam merupakan rahmat dari Allah yang diberikan kepada orang tua, d...