SISTEM PENGETAHUAN DALAM ISLAM
- Sistem
Pengetahuan BAYANI
-
Merujuk pada suatu lapangan pengetahuan dalam
Islam yang dikristalkan oleh ilmu-ilmu keislaman murni yang meliputi gramatika
dan sastra Arab (nahwu & balaghah), hukum dan teorinya (fiqih-ushul fiqih),
teologi (kalam), dan ilmu-ilmu al-Qur`an dan Hadis
-
Ilmu-ilmu tersebut berpusat pada satu ciri
bersama, menjadikan teks sebagai rujukan epistemologis utama, di mana sumber
utama ilmu pengetahuan atau kebenaran adalah teks
Dasar pandangan; ajaran atomisme (al-jauhar
al-fardu) yang mengandung dua prinsip pokok yaitu (1) prinsip diskontinuitas
(mabda’ al-infisal) dan (2) prinsip kontingensi atau serba
mungkin (mabda’ at-tajwiz
-
Atomisme mengajarkan bahwa alam ini
terbentuk dari atom-atom (partikel terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi
bagian yang lebih kecil lagi) atom-atom yang membentuk alam atau badan adalah
serupa dan sama satu sama lain tanpa ada perbedaan, serta terpisah satu sama
lain. Hubungan atom tersebut hanyalah merupakan hubungan keberdampingan, di
mana tiada kontak dan saling pengaruh satu sama lain (mabda’ al-infisal).
Konsekwensi logisnya, ajaran ini tidak mengakui hubungan kausalitas yang
bersifat niscaya karena segala sesuatu bersifat serba mungkin (mabda’
at-tajwiz)
-
Hubungan kausalitas antara dua peristiwa
bukanlah kausal, melainkan terjadi secara bersamaan (konkomitan)
-
asy-Syatibi; “sebab tidak menimbulkan efek
dengan sendirinya, akibat terjadi bersamaan dengan dan bukan karena sebab”.
Juga; “sesungguhnya akibat-akibat itu adalah perbuatan Allah”
-
Faktor penolakan kausalitas: memberi penekanan
pada arti kemahakuasaan dan kehendak mutlak Allah, pengakuan efikasi terhadap
selain Allah berarti menyatakan kekurangan kekuasaan-Nya.
-
Konsekwensi lebih lanjut pandangan atomisme ini,
berpikir berdasarkan keserupaan (tasybih dalam balaghah, qiyas
dalam hukum dan istidlal dalam teologi)
-
Pandangan atomisme ini menjadikan kegiatan
penalaran fikiran terbatas pada pencarian keserupaan di antara berbagai
fenomena tanpa melampauinya dengan, misal mencari hubungan kausal
-
Peran akal dan logika dalam memahami dan
menafsirkan masalah-masalah keberagamaan manusia sangat terbatas. Akal
dugunakan untuk membenarkan dan mengukuhkan kebenaran teks dan bukan digunakan
untuk mencari sebab-akibat
B. Sistem Pengetahuan BURHANI
-
Sistem pengetahuan yang berdasarkan akal semata
tanpa bersandar pada teks suci
-
Sumber pengetahuan adalah realitas (alwaqi’),
baik alam, sosial humanitas atau keagamaan
-
Peran akal sangat dominan dan menentukan karena
fungsinya selalu diarahkan untuk mencari sebab akibat atau melakukan analisis
dan menguji terus menerus kesimpulan sementara dan teori yang dirumuskan
melalui premis logika-logika keilmuan
-
Tolok ukur validitas keilmuan adalah kesesuaian
antara rumus-rumus yang diciptakan akal dengan hukum alam
-
Kebenaran adalah satu, bila terjadi pertentangan
antara akal (filsafat) dengan agama, maka agama harus ditakwil sehingga sejalan
dengan yang akal.
C. Sistem Pengetahuan IRFANI
-
Sumber pengetahuan adalah intuisi (kasyf,ilham)
-
Dikembangkan oleh para sufi
-
Pengetahuan diperoleh secara langsung tanpa perantara
dan proses pembuktian. Pengetahuan tercipta dalam kalbu sedemikian rupa setelah
kalbu memperoleh pembersihan melalui mujahadah dan latihan spiritual sehingga
tirai yang menutupi kalbu terhadap kebenaran tersebut itu menjadi terbuka
-
Alam ditandai dengan pasangan lahir-batin. Batin
mewakili kebenaran universal. Oleh karena itu, segala yang lahir (dunia) perlu dijauhi untuk menuju
kebenaran ilahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar