A.
Masa
kemunduran Bani Ummayah
Hubungan pemerintah dengan golongan
oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz (717-720
M). Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, beliau berhasil menjalin hubungan
baik dengan kaum Syi’ah, dengan memberikan kebebasan penganut agama lain untuk
beribadah sesuai dengan kepercayaannya, dan kedudukan mawali (umat Islam bukan Arab) disejajarkan dengan muslim Arab.
Setelah Umar ibn Abd Al-Aziz meninggal, kekuasaan Bani Umayah berada di bawah
khalifah Yazid ibn Abd Al-Malik (720-724). Penguasa yang satu ini terlalu suka
pada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus
berlanjut sampai pada pemerintahan khalifah Hisyam ibn Abd Al-Malik (724-743). Kekuatan
Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali,
menggulingkan dinasti Umayah dan menggantikannya dengan dinasti Bani Abbas.
Sepeninggalan Hisyam ibn Abd Al-Malik,
khalifah-khalifah Bani Umayah melemah dan bermoral buruk. Pada tahun 750 M,
daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu muslim
Al-Khurasani. Marrwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan
diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan dinasti Bani Umayyah melemah :
1. Ketidakjelasan
pengaturan sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan, yang menyebabkan
terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar
belakang terbentuknya dinasti bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik
politik yang teerjadi di masa Ali.
3. Pada
masa Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan
Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah sejak zaman islam semakin meruncing.
4. Lemahnya
pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana.
Munculnya kekuatan
baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd Al-Muthalib (Bani
Hasyim, Golongan Syir’ah, dan kaum
Mawali).[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar