Selasa, 11 April 2017

MAKALAH TAFSIR AZ ZUMAR AYAT 9

A.    AYAT DAN TERJEMAHAN QS AZ ZUMAR: 9
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ -٩-
9.  (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.[1]
B.     TAFSIR MUFRODAT
1.      Tafsir Ibnu Abbas
(Apakah kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih beruntung) ataukah orang yang taat di waktu-waktu malam dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut akan akhirat serta mengharapkan rahmat Rabb-nya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
 أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ  ([apakah kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih beruntung] ataukah orang yang taat), yakni yang taat kepada Allah Ta‘ala, yaitu Nabi saw. dan para shahabatnya.
 آنَاء اللَّيْلِ  (di waktu-waktu malam), yakni di saat-saat malam hari.
 سَاجِداً وَقَائِماً  (dengan bersujud dan berdiri) dalam shalat.
 يَحْذَرُ الْآخِرَةَ  (sedang ia takut akan akhirat), yakni ia takut akan adanya azab akhirat.
 وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ  (serta mengharapkan rahmat Rabb-nya), yakni surga Rabb-nya. Apakah pemilik sifat-sifat tersebut sama dengan Abu Jahl dan kawan-kawannya?
 قُلْ  (katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!
 هَلْ يَسْتَوِي  (“Apakah sama) dalam hal pahala dan ketaatan.
 الَّذِينَ يَعْلَمُونَ  (orang-orang yang mengetahui) tauhīdullāh serta Perintah dan Larangan-Nya, yaitu Abu Bakr dan teman-temannya.
 يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُون (dengan orang-orang yang tidak mengetahui”) tauhīdullāh serta Perintah dan Larangan-Nya, yaitu Abu Jahl dan kawan-kawannya?
 لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ  (sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran), yakni hanya orang-orang yang mempunyai akallah yang dapat menerima nasihat dari perumpamaan-perumpamaan al-Quran.[2]
2.      Tafsir Al Misbah
Awal ayat Sembilan di atas kata (  أَمَنْ) aman dalam bentuk pertanyaan dan ada juga yang membacanya (  أَمّنْ) amman. Terdiri dari huruf (أ  ) alif dan (من  ) man yang berarti siapa. Kata man berfungsi sebagai subjek, dan predikatnya tidak tecantum karena telah diisyaratkan oleh kalimat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-adakan bagi Allah sekutu-sekutu… Bacaan kedua (  أمّن) amman terdiri dari dua kata yaitu (  أم) am dan (  من) man, lalu di gabung dalam bacaannya yang mengandung dua kemungkinan makna. Yang pertama kata am berfungsi sebagai kata yang digunakan bertanya. Apakah si kafir yang mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, sama dengan yang percaya dan tekun beribadah?. Yang kedua, kata am berfungsi memindahkan uraian ke uraian yang lain, tidak usah mengancam mereka, tetapi tanyakanlah apakah sama yang mengada-adakan sekutu bagi Allah dengan yang tekun beribadah?.
Kata (قانت ) qaanit terambil dari kata (قنوت) qunuut yaitu ketekunan dalam ketaatan disertai ketundukan hati dan ketulusannya. Ayat tersebut menggambarkan sikap lahir & batin. Sikap lahir digambarkan oleh kata-kata saajidan/ sujud dan qaa’iman/ berdiri sedang sikap batinnya dilukiskan oleh kalimat (يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ  ) yang artinya takut kepada akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya.
Kata (  يعلمون) ya’lamuun sama halnya dengan ilmu pengetahuan, maksudnya adalah pengetahuan yang bermanfaat, yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan itu. Kata (  يتذكّرون) yatadzakkaru berasal dari kata (ذكر  ) dzikr yakni pelajaran/ peringatan.[3]
C.    ISI KANDUNGAN
Ayat ini berisi karakteristik orang-orang mukmin yang selalu taat kepada Tuhan dengan beribadah di waktu malam, takut terhadap siksa akhirat, dan mengharap kasih sayang Tuhan. Selain itu, ayat ini juga membandingkan kedudukan dua kelompok: kelompok orang kafir yang inkonsisten dalam beragama dan kelompok orang mukmin yang teguh dan konsisten. Dan jawabannya jelas tidak sama, demikian halnya tidak sama antara orang yang mengetahui dan tidak. Dan di ayat terakhir tertuliskan bahwasannya hanya ulul albab yang bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut. Makna mengambil pelajaran yang dimaksud adalah kesanggupan melakukan refleksi dan aksi, sehingga ulul albab merupakan representasi orang-orang yang mampu memadukan sosok qaanit (kaya amal kebaikan) dan sosok ‘alim (berwawasan luas). Berkaitan dengan ini, apabila sesuatu yang pernah terjadi pada diri seseorang dan ia bisa mengambil hikmah darinya sebagai pijakan untuk melangkah kedepan dan memperbaiki diri merupakan pemandu menuju kebaikan hidup.[4]
Allah SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy, apakah mereka lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu malam, dalam keadaan sujud dan berdiri dengan sangat khusyuknya. Dalam melaksanakan ibadahnya itu timbullah dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah di kampung akhirat, dan memancarlah harapannya akan rahmat Allah.
Perintah yang sama diberikan Allah kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada mereka apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Yang dimaksud dengan orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui pahala yang akan diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan diterimanya apabila ia melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak mengetahui ialah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu, karena mereka tidak mempunyai harapan sedikutpun akan mendapat pahala dari perbuatan baiknya, dan tidak menduga sama sekali akan mendapat hukuman dan amal buruknya.
Di akhir ayat Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran, baik pelajaran dari pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga terdapat pada dirinya atau suri teladan dari kisah umat yang lalu.




D.    KESIMPULAN
Jadi orang yang mengetahui dan tidak itu berbeda, Allah SWT berfirman, “Apakah orang yang tekun  beribadah di waktu-waktu malam bersujud dan berdiri seraya hatinya penuh rasa takut dari azab akhirat di samping harapan memperoleh rahmat Tuhannya”. Apakah orang yang demikian itu sama dengan orang yang musyrik? Tentu saja tidak sama & jauh berbeda. Dan sebagian orang yang mengetahui dan tidak mengetahui tidaklah sama kedudukannya di dunia maupun di akhirat, dihadapan manusia maupun dihadapan Allah. Maka dari itu kita sebagai muslim yang berilmu hendaknya kita tahu dan saling memberitahu antar sesame agar dapat meningkatkan kualitas ketaqwaan kita.












[1] Departemen Agama, Alquran dan Terjemahannya, (Surabaya: Karya Utama,2005). Hal. 659-660.
[2] Ibnu Abbas, Al-Kalam Digital Versi 1.0, (Bandung: Diponegoro, 2009)
[3]Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah (Yogyakarta: Lentera Hati, 2006), Hal. 196-197.
[4] Mahmud Arif, Menyelami Makna Kewahyuan KItab Suci, (Yogyakarta: Idea Press, 2009), Hal, 32.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Anak dalam Perspektif Al Qur'an

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Anak dalam perspektif Islam merupakan rahmat dari Allah yang diberikan kepada orang tua, d...