A.
AYAT
DAN TERJEMAHAN QS AZ ZUMAR: 9
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء
اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ -٩-
9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.[1]
B.
TAFSIR MUFRODAT
1.
Tafsir Ibnu Abbas
(Apakah kalian, hai kaum
musyrikin, yang lebih beruntung) ataukah orang yang taat di waktu-waktu malam
dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut akan akhirat serta mengharapkan
rahmat Rabb-nya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.
أَمَّنْ
هُوَ قَانِتٌ ([apakah
kalian, hai kaum musyrikin, yang lebih beruntung] ataukah orang yang taat),
yakni yang taat kepada Allah Ta‘ala, yaitu Nabi saw. dan para shahabatnya.
آنَاء اللَّيْلِ (di waktu-waktu malam), yakni di saat-saat malam hari.
سَاجِداً وَقَائِماً (dengan bersujud dan berdiri) dalam shalat.
يَحْذَرُ الْآخِرَةَ (sedang ia takut akan akhirat), yakni ia takut akan adanya azab akhirat.
وَيَرْجُو رَحْمَةَ
رَبِّهِ (serta mengharapkan rahmat Rabb-nya), yakni surga Rabb-nya. Apakah
pemilik sifat-sifat tersebut sama dengan Abu Jahl dan kawan-kawannya?
قُلْ (katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!
هَلْ يَسْتَوِي (“Apakah sama) dalam hal pahala dan ketaatan.
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ (orang-orang yang mengetahui) tauhīdullāh serta Perintah dan
Larangan-Nya, yaitu Abu Bakr dan teman-temannya.
يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ
لَا يَعْلَمُون (dengan orang-orang yang tidak mengetahui”)
tauhīdullāh serta Perintah dan Larangan-Nya, yaitu Abu Jahl dan kawan-kawannya?
لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ (sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran), yakni hanya orang-orang yang mempunyai akallah yang dapat menerima
nasihat dari perumpamaan-perumpamaan al-Quran.[2]
2.
Tafsir Al
Misbah
Awal ayat Sembilan di atas kata ( أَمَنْ) aman
dalam
bentuk pertanyaan dan ada juga yang membacanya ( أَمّنْ) amman.
Terdiri dari huruf (أ ) alif dan (من
) man yang berarti siapa.
Kata man berfungsi sebagai subjek, dan predikatnya tidak tecantum karena telah
diisyaratkan oleh kalimat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-adakan bagi Allah sekutu-sekutu…
Bacaan kedua ( أمّن)
amman terdiri dari dua kata yaitu ( أم) am
dan ( من)
man, lalu di gabung dalam bacaannya
yang mengandung dua kemungkinan makna. Yang pertama kata am berfungsi sebagai kata yang digunakan bertanya. Apakah si kafir yang mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, sama dengan yang percaya dan tekun beribadah?.
Yang kedua, kata am berfungsi
memindahkan uraian ke uraian yang lain, tidak
usah mengancam mereka, tetapi tanyakanlah apakah sama yang mengada-adakan
sekutu bagi Allah dengan yang tekun beribadah?.
Kata (قانت
) qaanit terambil dari kata (قنوت)
qunuut yaitu ketekunan dalam ketaatan
disertai ketundukan hati dan ketulusannya. Ayat tersebut menggambarkan sikap
lahir & batin. Sikap lahir digambarkan oleh kata-kata saajidan/ sujud dan qaa’iman/
berdiri sedang sikap batinnya dilukiskan oleh kalimat (يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ )
yang artinya takut kepada akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya.
Kata ( يعلمون) ya’lamuun
sama halnya dengan ilmu pengetahuan, maksudnya adalah pengetahuan yang
bermanfaat, yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu lalu
menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan itu. Kata ( يتذكّرون)
yatadzakkaru berasal dari kata (ذكر
) dzikr yakni pelajaran/
peringatan.[3]
C.
ISI
KANDUNGAN
Ayat
ini berisi karakteristik orang-orang mukmin yang selalu taat kepada Tuhan
dengan beribadah di waktu malam, takut terhadap siksa akhirat, dan mengharap
kasih sayang Tuhan. Selain itu, ayat ini juga membandingkan kedudukan dua
kelompok: kelompok orang kafir yang inkonsisten dalam beragama dan kelompok
orang mukmin yang teguh dan konsisten. Dan jawabannya jelas tidak sama,
demikian halnya tidak sama antara orang yang mengetahui dan tidak. Dan di ayat
terakhir tertuliskan bahwasannya hanya ulul
albab yang bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut. Makna mengambil
pelajaran yang dimaksud adalah kesanggupan melakukan refleksi dan aksi,
sehingga ulul albab merupakan representasi orang-orang yang mampu memadukan
sosok qaanit (kaya amal kebaikan) dan
sosok ‘alim (berwawasan luas).
Berkaitan dengan ini, apabila sesuatu yang pernah terjadi pada diri seseorang
dan ia bisa mengambil hikmah darinya sebagai pijakan untuk melangkah kedepan
dan memperbaiki diri merupakan pemandu menuju kebaikan hidup.[4]
Allah
SWT memerintahkan kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir
Quraisy, apakah mereka lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu
malam, dalam keadaan sujud dan berdiri dengan sangat khusyuknya. Dalam
melaksanakan ibadahnya itu timbullah dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah
di kampung akhirat, dan memancarlah harapannya akan rahmat Allah.
Perintah
yang sama diberikan Allah kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada mereka apakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Yang
dimaksud dengan orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui
pahala yang akan diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa
yang akan diterimanya apabila ia melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang
tidak mengetahui ialah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu,
karena mereka tidak mempunyai harapan sedikutpun akan mendapat pahala dari
perbuatan baiknya, dan tidak menduga sama sekali akan mendapat hukuman dan amal
buruknya.
Di
akhir ayat Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran, baik pelajaran dari pengalaman hidupnya atau dari
tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya,
juga terdapat pada dirinya atau suri teladan dari kisah umat yang lalu.
D.
KESIMPULAN
Jadi orang yang
mengetahui dan tidak itu berbeda, Allah SWT berfirman, “Apakah orang yang
tekun beribadah di waktu-waktu malam
bersujud dan berdiri seraya hatinya penuh rasa takut dari azab akhirat di
samping harapan memperoleh rahmat Tuhannya”. Apakah orang yang demikian itu
sama dengan orang yang musyrik? Tentu saja tidak sama & jauh berbeda. Dan
sebagian orang yang mengetahui dan tidak mengetahui tidaklah sama kedudukannya
di dunia maupun di akhirat, dihadapan manusia maupun dihadapan Allah. Maka dari
itu kita sebagai muslim yang berilmu hendaknya kita tahu dan saling memberitahu
antar sesame agar dapat meningkatkan kualitas ketaqwaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar