KURIKULUM 1984
Di
tengah ketidakjelasan dan ketidaktuntasan, kurikulum 1975 diperbaharui dengan
munculnya Kurikulum 1984 yang mengusung tema sentral Pendekatan Ketrampilan
Proses (PKP). Begitu pembaharuan Kurikulum 1984 bergulir, strategi belajar
mengajar yang semula menonjolkan penerapan model Duduk, Dengar, Catat, Hapal
(DDCH) direnovasi menjadi strategi belajar mengajar yang menekankan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif).
DASAR
PERUBAHAN KURIKULUM 1975 KE KURIKULUM 1984
1.
Terdapat
beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah.
2.
Terdapat
ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan
anak didik.
3.
Terdapat
kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4.
Terlalu
padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5.
Pelaksanaan
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang
berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat
atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6.
Pengadaan
program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
lapangan kerja.
CIRI-CIRI
KURIKULUM 1984
1.
Berorientasi kepada
tujuan instruksional.
Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
2.
Pendekatan pengajarannya
berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).
CBSA adalah pendekatan pengajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,
mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman
belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3.
Materi pelajaran dikemas
dengan nenggunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang
digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas
materi pelajaran yang diberikan.
4.
Menanamkan pengertian
terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari
siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan
setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
5.
Materi disajikan
berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran
berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah
dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak
dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari
yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.
6.
Menggunakan pendekatan
keterampilan proses.
Keterampilan proses adalah
pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan pelajaran.
HAL-HAL
BARU DALAM KURIKULUM 1984
·
Intensifikasi
peranan materi kurikulum lokal.
·
Masuknya
beberapa mata pelajaran baru (PSPB).
·
Pendekatan
pembelajaran :
Otoaktivitas, Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA).
·
Sistem
Kredit
·
Program
A (Fisika, Biologi, Sosial, Budaya, Agama).
KEBIJAKAN
POKOK DIKDASMEN
Kebijakan dan Realisasi
Ø Pembudayaan hidup sesuai
Pancasila untuk meningkatkan kualitas hidup.
Ø Peningkatan kemampuan dan
kecerdasan sehingga menumbuhkan sikap inovatif kreatif.
Ø Peningkatan relevansi
pendidikan dengan IPTEK (Pemantapan Kurikulum Lokal SD, peralatan praktek,
kejuruan).
Ø Peningkatan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan.
MUATAN
LOKAL
v Definisi : Program
pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam,
sosial, budaya, dan buatan serta kebutuhan daerah dan wajib diikuti oleh siswa
di daerah itu.
v Sifat : memperluas tujuan
pendidikan yang telah digariskan dalam pendidikan nasional melalui pengkayaan
dengan kondisi apa yang ada di daerah.
v Syarat muatan lokal
meliputi : khas lingkungan, menunjang kepentingan nasional ; sesuai minat,
sikap, kemampuan, perhatian peserta didik ; didukung oleh pemerintah daerah dan
masyarakat ; tersedia tenaga pelaksana dan sumber ; dapat dilaksanakan dan
dikembangkan ; selaras dengan kemajuan dan inovasi pendidikan.
v Bahan pengajaran muatan
lokal meliputi : bahasa, nilai, adat istiadat, lingkungan geografis, ekosistem,
organisasi kemasyarakatan.
v Strategi Pelaksanaan
Mulok yaitu : Monolitik (Tersendiri, waktu khusus), Integratif (bersama mata
pelajaran lain), Ekologis (Menggunakan lingkungan).
MATERI,
PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN
Materi / program, terdiri atas :
·
Pendidikan
Umum (Agama, PMP, PSPB, Jasmani, Kesenian).
·
Pendidikan
Akademis (B. Indonesia, B. Inggris, B. Daerah, IPA, IPS, Matematika).
·
Pendidikan
Ketrampilan (PKK, Teknik, Pertanian, Kerajinan, Maritim)
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
Oktoaktivitas dengan CBSA :
§ Prakarsa siswa dalam
memberikan usul tanpa diminta (tujuan, strategi, mencari sumber).
§ Keterlibatan mental dalam
tugas kegiatan secara intelektual dan emosional.
§ Guru lebih sebagai
fasilitator.
§ Belajar dengan pengalaman
langsung.
§ Variasi bentuk dan alat
pembelajaran.
§ Kualitas interaksi.